Saturday, August 7, 2010

TANYAKU

Mungkin aku salah menerkamu
Mungkin engkau salah menerkaku
Tapi salahkah bila rasa sayang itu datang
Bukan sayang, mungkin cinta
Dia hadir
Tanpa rencana
Warnai hati
Benarkah hatimu semerah hatiku?
Sampai kapan tanya ini tak terjawab




Gemintang tak bertaburan. Hanya segelintir saja berani bersinar. Sepertinya takut pada rembulan separuh. Namun kejora tetap tak terpengaruh. Dia hadir dengan jumawa mengerlingkan cahaya putih diantara bentang gelap langit malam.


Kejora mengingatkan aku pada semua yang kurindukan. Pada ayah yang nun jauh entah dimana, pada masakan ibu dan peluk hangatnya, pada cerita-cerita adik di tempat perantauan sana, pada kakak di Sulawesi yang setahun lalu diboyong sang suami.

Kejora tempatku menitipkan buncahan rasa rindu untuk orang-orang terkasih, diantara diktat-diktat kuliah, diantara proposal kegiatan kemahasiswaan, diantara laporan kerja praktek, rindu itu masih di hati.

Saat kulihat kejora, aku merasakan hangatnya kehadiran ayah yang belum pernah kutemui, aku menikmati pelukan ibu, aku teringat cerita adikku, aku merasakan nasihat terbaik dari kakak terbaik di seluruh dunia. Aku merasakan kehadiran mereka. Aku merasa mereka sedang menatap kejora yang sama dengan yang kulihat saat ini. Mungkin mereka merindukanku juga, sebesar aku merindukan mereka.

Sekarang tak hanya mereka yang mengisi ruang rindu. Sekarang bertambah satu lagi. Kamu...ya..kamu. Sudah sebulan ini kamu mengisi sebagian besar lamunanku.

Sejak pertama menjadi ketua kelompok kerja praktek, kamu telah mampu mengalihkan lelahnya belajar. Diskusi panjang, perdebatan, kesepakatan dan berbagai kompromi mendekatkan kita. Kamu telah mengalihkan lelah menjadi kesenangan melenakan dan membuatku ingin dan ingin berdebat panjang denganmu, menghabiskan waktu berlama-lama mengerjakan laporan. Hanya ini yang mengijinkanku merasakan indahnya kilau kacamatamu, juga senyum sesekali, atau kerut konsentrasi dalam kanvas wajahmu. Mungkin ini yang dirasakan Leonardo da Vinci ketika melukis Monalisa. Takjub. Sungguh melenakan..tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat dan sering kali mengharuskan aku berlarian menuju halte karena terlambat untuk memberikan les private untuk muridku tercinta.

Sore ini jadwal les privat salah satu murid terbaikku. Gadis kecil cantik dengan rambut lurus dan kilau mata jernihnya. Gadis kecil dengan antusiasme penuh pada pelajarannya. Gadis kecil dengan tawa riangnya. Antusiasme selalu hadir dalam perjalanan ke rumah muridku ini. Senang sekali membayangkan senyum sambutan selamat datang, senang sekali membayangkan tak perlu menerangkan berkali-kali untuk bisa mengerjakan soal matematika, senang sekali membayangkan sirup dingin yang dihidangkan mamanya.

Pengorbananku berdiri 30 menit di dalam bus berakhir sudah ketika sampai di pemberhentian terdekat. Langkah kaki mengantarkan aku pada bel rumah gadis kecil. Kulirik jam tangan, terlambat 5 menit. Lelah berganti gembira saat disambut sapa dan senyum selamat datang gadis kecilku. Langkahku mengikuti langkahnya. Dia tersenyum sambil menunjukkan sebuah buku.

“Aku ingin belajar ini kak”

Dia ingin belajar matematika. Belum sempat aku mengambil buku, dia sudah bertanya apa itu KPK dan FPB, apa bedanya KPK dan FPB, kenapa harus mencari KPK dan FPB. Pertanyaannya aku jawab seperti penjaga toko yang harus mengambil barang untuk pelanggan

“Sebentar ya, Dik”.

Aku membuka halaman bab yang ditanyakan gadis kecilku.
Baru dua alenia aku membaca buku. Bel rumah berbunyi. Mata kami kompak melihat pintu. Gadis kecilku berlari membukakan pintu. Seorang pria berdiri di sana.

Tangannya yang semula penuh dengan buku dan tas, kini berganti dengan gadis kecilku.

“Sedang belajar apa sayang?” tanyanya

“Berhitung, tapi baru mulai” jawab gadisku antusias.

Pria itu menyadari kehadiranku, lalu tersenyum

“Hei..cepat sekali kamu bisa sampai disini.”

“Iya, tadi dibantuin Supermen”

Jawabanku disambut tawa pria dan gadis kecil. Dia menoleh ke arahku seraya berkata.

“Kak, ini papaku, seperti yang aku bilang dia ganteng kan?”

Aku mengangguk, mengacungkan dua jempol. “Siiiiiip”.

Tawa yang menyertaiku beberapa bulan ini sekali lagi tersaji indah di depan mata.
Dulu senyumnya selalu menghadirkan tanya mungkinkah untukku. Hari ini semua terjawab. Bukan...bukan untukku

3 comments:

  1. Malu Bertanya sesat dijalan, tapi kalau kausussnya seperti diatas gimana ya? :)

    ReplyDelete
  2. kan tanyanya sudah terjawab,sekarang sudah ga sesat lagi..berganti sesak

    ReplyDelete
  3. Karena sudah terjawab yaitu senyumnya untuk papa makanya saya hanya masu say hello, salam kenal semoga tali persahabatan selalu terjalin. Karena cinta tak harus memiliki ^_^

    ReplyDelete

silahkan memberi komentar